Gelombang Internal Menenggelamkan Kapal
(written on May 7, 2021; super-duper-late post)
Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi duka bagi negara Indonesia. Kapal selam yang ditumpangi oleh 53 prajurit angkatan laut untuk latihan itu hilang kontak pada 21 April 2021, dan ditemukan telah terpecah menjadi 3 bagian besar di kedalaman 838 m pada 25 April 2021. Berita-berita yang beredar menyebutkan berbagai kemungkinan penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402. Ada faktor alam, faktor kondisi material kapal selam, berlebihnya muatan, hingga adanya kapal asing yang menembak Nanggala-402.
Faktor Alam
Faktor alam berupa arus bawah laut diduga kuat
menjadi penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402. Sedangkan data dari satelit
Himawari 8 dan Sentinel menunjukkan munculnya gelombang internal pada waktu KRI
Nanggala-402 hilang kontak. Bagaimana arus bawah laut terbentuk? Arus kuat itu
bermula dari salah satu fenomena di perairan Selat Lombok, tak lain gelombang
internal.
Gelombang Internal
Gelombang internal atau internal waves
adalah gelombang yang menjalar pada kedalaman kolom air. Benar sekali,
gelombang tidak hanya ada di permukaan laut, tapi ada di bawahnya juga. Pada
dasarnya, gelombang bisa terbentuk pada batas antara dua lapisan yang berbeda
massa jenis. Seperti pada permukaan laut, gelombang terbentuk pada batas antara
air laut dan udara yang tentu saja massa jenisnya berbeda.
Gelombang internal terbentuk pada batas antara
dua lapisan air yang massa jenisnya berbeda, lapisan dengan massa jenis yang
lebih besar berada di bawah. Bayangkan dalam sebuah akuarium, dimasukkan air
dan minyak. Kemudian akuarium itu digoyang-goyangkan. Kita akan dapat melihat
gelombang di batas lapisan air dan minyak. Seperti itulah gelombang internal
terjadi di laut, namun dengan lapisan yang lebih banyak.
Amplitudo dan Kecepatan yang Besar
Pada kolom air laut, perbedaan massa jenis air
laut yang paling besar ada di kedalaman 100-300 m. Kedalaman dengan perubahan
massa jenis drastis ini disebut dengan piknoklin. Oleh karena itulah, pada
piknoklin, amplitudo (tinggi) gelombang internal sangat besar, bisa mencapai
150 m (melebihi tinggi monas!). Seiring penjalarannya, amplitudo gelombang
internal akan terus meningkat hingga bisa mencapai sekitar 200 m. Susanto, dkk
(2005) menemukan adanya gelombang internal di Selat Lombok, dengan panjang
gelombang sekitar 1,8 km, amplitudo mencapai 100 m, dan kecepatan penjalaran
sekitar 1,96 m/s.
Arus Vertikal
Gelombang dengan amplitudo dan kecepatan yang
besar ini dapat membangkitkan arus vertikal yang mengarah ke bawah menuju
lembah gelombang, dan ke atas menuju puncak gelombang. Dengan kecepatan tinggi,
arus vertikal dapat bergerak jauh hanya dalam waktu yang sangat singkat. Benda
dapat terseret sejauh 100 m dalam waktu 1-5 menit saja, ke atas atau malah ke
bawah, menuju kedalaman yang lebih dalam.
Arus vertikal itulah yang disebut-sebut sebagai
arus bawah laut penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402. Namun, apakah kapal
selam besar dengan berat 1,395 ton itu dapat dengan mudahnya terbawa oleh arus?
Apakah energi gelombang internal dan arus vertikal sungguh sebesar itu?
Energi dan Massa Jenis
Energi oleh gelombang internal dan arusnya
memang besar, namun kita dapat meninjau tentang massa jenis kapal secara umum,
terlepas dari material penyusunnya. Ingat kembali pelajaran IPA tentang massa
jenis. Apabila sebuah benda mengapung di air, maka massa jenis benda tersebut
lebih rendah daripada air. Jika benda tenggelam, massa jenis benda tersebut
lebih besar daripada air. Sedangkan benda yang melayang, massa jenisnya sama
dengan massa jenis air.
Kapal selam diatur untuk bisa melayang di kolom
air laut mengunakan sistem pompa hidrolik yang dapat menyimpan dan mengeluarkan
air dari badan kapal. Karena kapal selam melayang, maka massa jenisnya akan
sama dengan air di kedalaman tersebut. Oleh karena itu, kapal selam akan dengan
mudah mengikuti pergerakan air, terlebih jika arusnya kencang dan tenaga kapal
tidak dapat mengimbangi arus atau in worst case mesinnya mati.
Berbeda dengan pesawat yang memiliki blackbox
yang dapat merekam kronologis kejadian di dalamnya, kapal selam tidak
memiliki perekam semacam itu. Mengetahui penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402
tentu bukan hal yang mudah. Namun, dengan ini kita mengetahui bahwa faktor alam
sangat berpengaruh terhadap keselamatan bawah air.
Referensi:
Susanto, R. D. W. I., Mitnik, L., & Zheng, Q. (2005).
Ocean internal waves observed. Oceanography, 18(4), 80.
Comments
Post a Comment