Kerja Lapangan Oseanografer #2 : Pelajaran dari Melaut
Hai lagi Optijen! Setelah mengetahui ke-keren-an Bang Iwan sebagai surveyor oseanografi, masih ada yang menarik, nih. Ada banyak pelajaran yang didapat dari pengalaman kerja di lapangan sebagai oseanografer, loh!
Lesson Learned
Dari berbagai ekspedisi dan survei lain yang telah dilakukan Bang Iwan, banyak hal-hal yang menjadi pelajaran.
Komunikasi itu Penting
Dalam ekspedisi yang besar, dibutuhkan koordinasi yang baik antar tim dan juga antar individu. Contohnya pada ENM, banyak sekali tim yang memiliki kegiatan survei yang berbeda-beda. Tim-tim ini harus saling berkoordinasi melalui koordinator, apalagi terkait perencanaan survei. Jangan sampai ada miskomunikasi karena akan ribet saat eksekusi. Selain komunikasi dengan tim, perlu juga komunikasi dengan masyarakat. Terkadang data yang didapat dari pengukuran tidaklah cukup, maka informasi bisa didapat dengan bertanya ke penduduk lokal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai validasi ataupun penguat argumen. Hmm.. survei oseanografi tidak hanya di laut ya tapi bisa juga di darat.
Butuh Pembiasaan
Ketika mengikuti riset ITB di Teluk Ambon, Bang Iwan awalnya belum banyak mengerti tentang survei, melakukan pengambilan data yang penting ngikut. Namun lama kelamaan, dari survei ini, Bang Iwan belajar dan memahami survei dari cara mendesain survei hingga menulis report. Bang Iwan juga mengatakan bahwa di awal-awal melakukan survei, sering merasa khawatir. Bagaimana jika tidak mendapatkan data sesuai yang diharapkan? Namun kemudian disadarinya, selama survei dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar, maka semua akan baik-baik saja. Apabila sudah biasa melakukan hal yang sama berkali-kali, maka segala pekerjaan menjadi tidak lagi mengkhawatirkan.
Faktor Alam
INDESO Joint Expedition merupakan ekspedisi yang berkesan bagi Bang Iwan. Saat itu sedang lebaran haji dan ada typhoon terjadi di Filipina. Hal ini membuat pengambilan data tidak bisa dilakukan di lokasi yang sudah direncanakan, harus sedikit bergeser menjauhi typhoon. Typhoon itu juga menyebabkan angin bertiup lebih kencang dan berakibat kapal sampai di pelabuhan lebih cepat, tidak sesuai jadwal. Saat ekspedisi ke Sangihe juga sempat ada badai sehingga harus berlabuh dulu ke pulau yang random. Karena faktor alam tidak bisa dilawan, maka surveyor juga harus siap dengan kedinamisan yang akan terjadi. Melaksanakan survei sesuai rencana adalah baik dan benar, tapi keselamatan tetap yang utama.
Bang Iwan dalam INDESO Joint Expedition 2016. KR Baruna Jaya VIII, Laut Sulawesi (dok. Iwan Anwar) |
Teliti dan Sigap
Sebelum survei, perlu terlebih dahulu mengetahui lokasi survei. Hal-hal yang harus diketahui antara lain bagaimana karakteristik lokasi, cuaca dan kapan terakhir terjadi hujan, hingga kontak orang lokal. Persiapan survei dilakukan dengan teliti, khususnya untuk alat. Checklist alat dilakukan sedikitnya setiap pindah moda. Bang Iwan pernah mengalami kejadian ketinggalan alat saat survei ke Simeuleu (EWIN), akibatnya rugi waktu karena harus menunggu sehari.
Selain teliti, surveyor juga harus sigap. Pada EWIN, survei dilaksanakan dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Waktu makan, ya makan sambil jalan, tidak bisa sambil enak-enakan ya guys makannya. Sama seperti survei di kapal besar, Baruna Jaya VIII, surveyor harus siap mengambil data pada jam berapapun. Selain itu, kalau ada kerusakan alat di tengah survei, alat harus segera diperbaiki.
Bang Iwan dan Bang Baihaqi (Peneliti LIPI) Mengangkat CTD dalam EWIN 2017 Coastal Chapter. Perairan Pulau Simeulue (dok. Iwan Anwar) |
Menghargai Local Wisdom
Sebagai pendatang, sudah selayaknya surveyor yang melakukan survei di suatu tempat menghargai perkataan penduduk lokal. Jika orang lokal melarang untuk melakukan sesuatu, maka janganlah dilakukan. Sejauh pengalamannya, selama mengikuti perkataan orang lokal, Bang Iwan dan tim selalu selamat. Di sebagian besar survei yang dijalani Bang Iwan, selalu ada orang lokal yang diajak, karena orang lokal adalah yang mengetahui paling baik tentang tempat itu.
Suka Duka Jadi Surveyor
Bang Iwan mengatakan bahwa bagian suka dari menjadi surveyor adalah bisa ke mana-mana, bisa bertemu orang baru, dan yang tidak boleh dilewatkan adalah dapat duit hehe. Sedangkan dukanya adalah pelaksanaan survei yang tidak sesuai ekspektasi. Penyebabnya bermacam-macam, misal seharusnya data yang didapat lengkap, karena cuaca buruk atau kapal rusak, data yang didapat pun kurang sempurna. Pernah juga terjadi miskomunikasi sampai tidak jadi melakukan survei. Contoh lain adalah dari pengalaman Bang Iwan pasca-survei di Sangihe-Talaud. Seharusnya sampel dapat dibawa dengan baik, nyatanya bandara tidak memperbolehkan mebawa sampel air laut ke pesawat, sehingga harus nego. Untuk masalah kangen rumah, bagi Bang Iwan bukan termasuk hal yang harus disedihkan. Hanya saja, saat INDESO Joint Expedition, Bang Iwan merasakan pertama kalinya lebaran tidak di rumah. “Oh gini ya rasanya lebaran ga di rumah.”, katanya. Mau video call juga tidak bisa karena tidak ada sinyal.
Pesan dari Bang Iwan
Saat ini Bang Iwan sedang melamar riset juga sembari menyelesaikan program doktoralnya (semoga diterima Bang!). Di akhir wawancara, Bang Iwan menyampaikan pesan untuk Optijen, nih. Menurut Bang Iwan, untuk menjadi surveyor, yakinkan dulu apa yang kita mau. Lebih enaknya lagi kalau kita tahu hobi kita apa, karena di setiap pekerjaan pasti ada suka dan duka. Dari segi bayaran pun ada yang memuaskan dan ada yang tidak. Kalau dasarnya hobi, kerja akan teteap dijalani dengan maksimal dan konsisten. Kalau tidak suka tapi dipaksa kerja di lapangan, diiming-iming apapun tidak akan enak. “Kalau ada kemiripan dengan salah satu hobi, kenapa ga dicoba? Kalaupun ga dapet apa-apa bisa tetep dapet senengnya.” Spesial untuk Optijen yang akan menjalani tugas akhir, Bang Iwan berbagi tips yaitu banyakin cari ide, bertanya ke senior, dan juga membaca untuk mengetahui apa yang sedang in dan cari tahu apa yang disukai. Wah, terima kasih banyak Bang Iwan, sukses selalu!
Comments
Post a Comment