Dari Manakah Tumpahan Minyak Itu Berasal?

Empat bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2020, tumpahan minyak dalam bentuk gumpalan minyak berwarna hitam memenuhi pesisir selatan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Kejadian itu cukup membuat warga Indonesia ramai membicarakannya, kendati belum diketahui sumber tumpahan minyak tersebut. Hingga dua hari setelahnya, laman berita daring masih ada yang update mengenai ‘penyelidikan’ tentang asal tumpahan minyak Pulau Pari. Informasinya masih sebatas dugaan-dugaan di mana sumber tumpahan minyak berasal. Ada yang menyebutkan kemungkinan terjadi karena kelalaian kapal pengangkut minyak atau kapal-kapal nakal yang melakukan pencucian tangki di tengah laut. Ada yang menduga karena adanya angin timur, arus, dan turbulensi, limbah minyak akibat kebocoran pengeboran bebrapa waktu lalu yang sudah menggumpal dan tenggelam di laut kembali lagi ke pesisir pantai. Ada juga yang berpikir bisa jadi itu merupakan sisa minyak yang tidak terangkut.

Dilansir dari beritajakarta.id, Kepala Sudin Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono mengatakan, pihaknya bersama Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) sudah membawa sampel tumpahan minyak mentah tersebut ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. Lantas bagaimana kata warga Pulau Pari? Lurah Pulau Pari, Mahtum, mengatakan bahwa warga menduga tumpahan minyak bersumber dari Pertamina, tetapi hal ini masih harus diteliti ulang karena tidak bisa hanya dugaan. "Kita kan enggak boleh menduga-duga kalo seperti ini. Tunggu hasil penelitian laboratorium," katanya. 

Namun hasil penelitian itu tidak pernah muncul lagi di berita. Update informasi mengenai tumpahan minyak di Pulau Pari ini tidak berlanjut di media massa. Sembari menunggu hasil penelitian laboratorium yang tak kunjung diberitakan, kita cari tahu sendiri, yuk? Tulisan berikutnya tidak akan memberikan kepastian dari mana tumpahan minyak itu berasal, tapi kita akan membahas bagaimana cara untuk menentukan lokasi sumber dan pola sebaran tumpahan minyak di Laut Jawa. 

Sebuah Penelitian

Tim peneliti Jerman-Indonesia dalam IndoNACE (Indonesian seas Numerical Assessment of the Coastal Environment), melakukan studi dengan tujuan menyajikan informasi mengenai lingkungan laut Indonesia dari data satelit. Melalui paper berjudul Oil Pollution in Indonesian Waters: Combining Statistical Analyses of ENVISAT ASAR and Sentinel-1A C-SAR Data With Numerical Tracer Modelling, peneliti IndoNACE menjelaskan bagaimana citra satelit dan model numerik dapat memberikan informasi mengenai pola sebaran serta pergerakan minyak di laut. Dari analisis citra satelit dan pemodelan tersebut, dapat diidentifikasi kemungkinan sumber tumpahan minyak di daerah kajian. Salah satu daerah kajiannya adalah Laut Jawa, dengan Kepulauan Seribu sebagai lokasi MPA (marine protected area) yang diteliti.

Citra Satelit SAR

Satelit merupakan hal yang sangat esensial dalam dunia penelitian. Di bidang oseanografi, satelit dapat menyediakan data berupa citra/gambar muka laut dalam jangkauan yang luas. Studi yang dilakukan oleh IndoNACE menggunakan data synthetic aperture radar (SAR) untuk menghasilkan peta kepadatan polusi minyak di daerah kajian: Laut Jawa bagian barat dan Selat Makassar. Menurut Gade (2006) dan Alpers (1999), persebaran tumpahan minyak di laut tampak pada citra SAR sebagai patch-patch berwarna gelap. 

Bagaimanapun, penampakan tersebut ambigu, karena bisa jadi bagian gelap tersebut adalah fenomena lain misalnya lapisan bioorganisme. Namun, dalam penelitian ini dilakukan peninjauan visual terhadap citra dan dipertimbangkan informasi geografis lokasi tumpahan minyak serta informasi meteorologi (seperti arah dan kecepatan angin). Selain itu perlakuan spesial juga diberikan untuk memisahkan citra antropogenik (minyak) dengan bioorganisme.
Gambar ini merupakan citra muka Laut Jawa yang menunjukkan adanya tumpahan minyak dari suatu titik lokasi pengeboran minyak. Dari citra tersebut dapat dilihat arah persebaran tumpahan minyak yang berbeda pada waktu yang berbeda.

citra-tumpahan-minyak

Tumpahan Minyak dan Rute Kapal

Peneliti IndoNACE menggunakan lebih dari 5000 gambar SAR tahun 2002-2014 di kedua daerah kajian untuk melakukan analisis statistik. Semua gambar yang ada diakumulasikan dan ditampilkan dalam satu peta. Peta tersebut menunjukkan sebaran tumpahan minyak yang lebih masif di dekat pesisir, yaitu di utara Pulau Jawa bagian barat untuk Laut Jawa, dan di pantai timur Pulau Kalimantan untuk Selat Makassar. Area-area tersebut merupakan area dengan kepadatan lalu lintas kapal yang tinggi di Laut Jawa, dan area dengan banyak tempat produksi minyak di Selat Makassar.

polusi-minyak-laut-jawapolusi-minyak-selat-makassar


Perbandingan hasil analisis citra dengan kepadatan lalu lintas laut memperkuat asumsi tentang kemungkinan sumber tumpahan minyak. Di Laut Jawa, lokasi-lokasi tumpahan minyak sesuai dengan rute kapal. Rute kapal di Laut Jawa bagian barat secara umum adalah dari Selat Sunda menuju utara yang kemudian terbagi menjadi dua, menuju timur laut (Laut Cina Selatan) dan menuju timur (Jakarta dan lainnya). Selain itu ada daerah produksi minyak di utara Pulau Jawa dan pelabuhan di Semarang. Berbeda dengan di Laut Jawa, rute kapal di Selat Makassar tidak berkorelasi dengan hasil analisis citra. Akan tetapi, sebagian besar tumpahan minyak yang terdeteksi berada di lokasi industri minyak, yaitu di lepas pantai Balikpapan dan di bagian timur laut. Lokasi-lokasi itu jauh dari rute kapal yang padat.

Ternyata Tumpahan Minyak Banyak Ditemukan di Lepas Pantai

Namun, jumlah gambar yang digunakan dalam analisis ini tidaklah sama di setiap tempat. Gambar di daerah pesisir relatif lebih banyak dibandingkan di lepas pantai. Hasil pemetaan dengan komposisi gambar yang timpang akan menghasilkan simpulan yang kurang objektif. Karena adanya perbedaan jumlah gambar di tiap-tiap bagian dalam daerah kajian itu, maka dalam proses analisis dilakukan normalisasi. Hasilnya, peta tidak lagi menunjukkan bahwa titik-titik lokasi tumpahan minyak banyak ditemukan dekat pesisir, melainkan di lepas pantai.

normalisasi-tumpahan-minyak-laut-jawanormalisasi-tumpahan-minyak-selat-makassar

Persebaran Tumpahan Minyak Dipengaruhi Musim

Hasil analisis citra juga menunjukkan bahwa di Laut Jawa polusi lebih jarang ditemukan pada bulan Juni dan Juli. Persebaran tumpahan minyak paling banyak terjadi pada bulan Maret hingga April dan Oktober hingga Desember, ketika terjadi musim peralihan. Musim peralihan adalah ketika terjadi perubahan angin muson, dari angin muson barat ke muson timur dan sebaliknya. Pada musim peralihan, pola arus di Laut Jawa pun berubah sehingga berpengaruh pada persebaran tumpahan minyak.

tumpahan-minyak-musim

Pemodelan Numerik

Pola arus lebih nampak dan mudah dipahami melalui plot hasil simulasi trayektori (pelacakan jejak). Peneliti IndoNACE juga melakukan simulasi ini menggunakan pemodelan numerik. Kepulauan Seribu digunakan sebagai daerah yang akan diteliti, sebagaimana daerah itu merupakan kawasan laut yang dilindungi (MPA). Model yang dibuat adalah model 2 dimensi, yang menampilkan secara horizontal arah lintang dan bujur. Dari model ini akan terlihat jejak pergerakan tumpahan minyak di permukaan laut. Dalam domain model, tumpahan minyak diasumsikan sebagai tracer. Tracer dilepaskan dari Kepulauan Seribu dan dilacak mundur pergerakan tracer tersebut, sehingga dapat diketahui kemungkinan tempat asal tracer. Simulasi mundur ini diterapkan untuk waktu selama empat minggu pada empat bulan yang berbeda, yaitu Februari, April, Agustus, dan Oktober (masing-masing mewakili musim) tahun 2003-2011.

Jejak Pergerakan Tumpahan Minyak

Hasil simulasi trayektori secara mundur ini menunjukkan bahwa pergerakan tumpahan minyak berbeda-beda tiap musim. Hal ini berarti bahwa arah angin dan pola arus sangat berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak. Hasil simulasi pada bulan Agustus menunjukkan jejak yang seragam untuk semua tahun. Tumpahan minyak di Kepulauan Seribu berasal dari arah timur, sesuai dengan arah angin muson timur. Kemungkinan sumber tumpahan minyak terletak pada area sejauh 110 km utara-selatan dan 400 km barat-timur.

trayektori-oil-spilltrayektori-oil-spilltrayektori-oil-spilltrayektori-oil-spill

Sedangkan pada bulan Februari, dihasilkan jejak yang lebih tidak beraturan, arah datang tumpahan minyak berbeda-beda tiap tahunnya. Ada yang berasal dari barat laut (Bangka), barat daya (Selat Sunda), dan dari arah lainnya. Kemungkinan sumber tumpahan minyak terletak pada area sejauh 110 km utara-selatan dan 200 km barat-timur. Jangkauan barat timurnya lebih sempit karena arus yang mengarah ke timur pada bulan ini tidak sekuat arus yang mengarah ke barat pada bulan Agustus.

Pada musim peralihan, kemungkinan lokasi sumber tumpahan minyak semakin meluas ke arah utara dan timur Kepulauan Seribu. Hal ini karena adanya variasi tahunan musim peralihan. Sebagai perbandingan, di Selat Makassar, pergerakan tumpahan minyak selalu berasal dari utara hingga timur laut, menuju ke Berau sebagai daerah MPA yang diteliti.


Berdasarkan analisis citra SAR dan simulasi model numerik trayektori, didapatkan beberapa kesimpulan. Dugaan kuat tumpahan minyak di Kepulauan Seribu berasal dari aktivitas kapal, sesuai dengan rute kapal yang berkorelasi dengan lokasi sebaran minyak di Laut Jawa bagian barat. Kemungkinan lokasi sumber tumpahan minyak yang terbawa hingga mencapai Kepulauan Seribu berbeda-beda tiap musimnya.

Bagaimana dengan Tumpahan Minyak Pulau Pari?

Mari lihat kembali kasus tumpahan minyak di Pulau Pari bulan Agustus lalu. Terjadinya tumpahan minyak adalah pada bulan Agustus, saat puncak muson timur. Maka dapat disimpulkan bahwa tumpahan minyak di Pulau Pari tersebut berasal dari arah timur dalam jangkauan area sejauh 110 km utara-selatan dan 400 km barat-timur. Apakah tumpahan minyak tersebut berasal dari aktivitas kapal atau dari oil rig? Analisis statistik menunjukkan lebih mungkin disebabkan oleh aktivitas kapal, namun apabila kita berbicara statistik artinya kita berbicara tentang peluang. Setiap kemungkinan berpeluang untuk terjadi.

Ketika ada kasus tumpahan minyak di laut, wajar jika muncul dugaan-dugaan tempat asal minyak itu. Sebagai netizen yang cermat, alangkah baiknya jika kita mencari informasi yang akurat dan terjamin kebenarannya. Jika pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas pemberian informasi kepada kita tidak memberikannya, netizen cermat akan selalu mencari tahu. Setidaknya, kita memiliki dugaan yang berdasar. Jadi, menurutmu, dari manakah tumpahan minyak itu berasal?

Referensi

Gade, M., Mayer, B., Meier, C., Pohlmann, T., Putri, M., & Setiawan, A. (2017). Oil pollution in Indonesian waters: Combining statistical analyses of ENVISAT ASAR and sentinel-1A C-SAR data with numerical tracer modelling. International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences - ISPRS Archives, 42(3W2), 71–77. https://doi.org/10.5194/isprs-archives-XLII-3-W2-71-2017





Bonus Infografis

pemodelan-dan-analisis-citra-satelit-oil-spill


Comments

Popular posts from this blog

Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia

5 Alasan Kenapa Harus Liburan ke Kepulauan Seribu

Wilayah Pengelolaan Perikanan NRI