Karakteristik Fisis Teluk Cenderawasih

"Liben, aku menemukan sesuatu! Tapi aku nggak mudeng."
"Apa itu Tasya?"
"Ini seperti makalah gitu, di dalamnya dijelaskan pulau pulau di sini, pasang surut, arus, gitu lah pokoknya."
"Tasya dapat kertas itu dari mana?"
"Tadi ada di meja Ayah, sih."
"Jangan jangan Tasya curi kertas itu?!"
"Nggak kok! Tadi aku bilang mau pinjam ke Ayah. Ayah bilang 'baca ya biar pinter besok jadi ilmuwan kaya Ayah' sambil ketawa ketawa. Aku baca malah pusing."
"Hahaha Tasya lucu sekali, sa boleh pinjam juga?"
"Boleh, nih baca aja."
"Doakan sa nanti bisa jadi ilmuwan ya!"

Karakteristik Fisis Teluk Cenderawasih

Teluk Cenderawasih dikelilingi oleh pulau-pulau kecil dan juga daratan Pulau Papua. Di utara terdapat pulau-pulau yang berukuran kecil maupun menengah. Pulau Biak dan Pulau Supiori berada paling utara, beserta beberapa pulau-pulau kecil di sebelah timur Pulau Biak disebutlah kepulauan tersebut sebagai Schouten Islands. Pulau Biak dan Pulau Supiori digambarkan sebagai satu pulau pada beberapa peta terdahulu, disebut dengan Pulau Mysore (Mastrigt, 2010). Di sebelah barat Pulau Biak dan Pulau Supiori terdapat Pulau Numfor, di sebelah barat dayanya terdapat Pulau Num, dan di sebelah selatannya terdapat Pulau Yapen. Di bagian timur Teluk Cenderawasih terbentuk teluk yang lebih kecil. Teluk tersebut dikelilingi daratan Pulau Papua yang menjorok ke laut, dengan Pegunungan Wondiwoi pada daratan tersebut, dan juga pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil yang ada di bagian timur Teluk Cenderawasih tersebut antara lain Pulau Rumberpon, Pulau Moiswaar, Pulau Roon, dan Pulau Yop. Di Teluk Cenderawasih bagian timur inilah Taman Nasional Teluk Cenderawasih berada.

Batimetri Teluk Cenderawasih

Kedalaman perairan Teluk Cenderawasih bagian dalam mencapai 800 m, sebagian besar wilayah tersebut memiliki kedalaman 100-300 m. Kedalaman tidak melebihi 1000 m, hingga di utara Pulau Biak dan Pulau Supiori, kedalaman berubah curam. Hal ini menunjukkan sebagian dari Teluk Cenderawasih yang dangkal masih merupakan bagian dari Paparan Sahul. Berikut ini merupakan peta batimetri Teluk Cenderawasih dengan sumber data dari laman General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) dan penampilan grafik menggunakan aplikasi Surfer13. 
batimetri-teluk-cenderawasih
Peta Batimetri Teluk Cenderawasih

Tipe Pasang Surut Teluk Cenderawasih

Berdasarkan Wyrtki (1961), pasang surut di Teluk Cenderawasih bertipe campuran cenderung harian ganda, tidak berbeda dengan tipe pasang surut dominan di perairan Samudra Pasifik Barat. Tipe ini berarti di Teluk Cenderawasih umumnya terjadi dua kali pasang dalam sehari dengan tinggi dan interval waktu pasang tidak sama. Gelombang pasang surut di Teluk Cenderawasih berasal dari gelombang pasang surut Samudra Pasifik yang menjalar. Amplitudo pasang surut komponen M2 (komponen dominan semidiurnal) di teluk Cendrawasih adalah 60 cm, sedangkan amplitudo pasang surut komponen K1 (komponen dominan diurnal) nya lebih rendah, yaitu 23 cm (Ray et al, 2005). Amplitudo pasang surut baik M2 maupun K1 di Teluk Cenderawasih ini lebih tinggi daripada amplitudo pasang surut di perairan barat Samudra Pasifik (sebelah utara Pulau Biak dan Supiori), disebabkan adanya pendangkalan. Ketika gelombang menjalar dari perairan dalam ke perairan dangkal, kecepatan penjalarannya akan berkurang dan amplitudonya bertambah.

Arus Perairan Teluk Cenderawasih

Teluk Cenderawasih berada pada daerah yang dipengaruhi angin monsun. Angin monsun bersifat musiman. Pada bulan Oktober-April, terjadi angin monsun barat yang bertiup dari Asia ke Australia. Sedangkan pada bulan April-Oktober terjadi angin monsun timur yang bertiup dari Australia ke Asia. Secara umum, arus permukaan di perairan Teluk Cenderawasih utamanya digerakkan oleh angin permukaan (Simarmata, 2018).  Jadi salah satu penggerak arus permukaan perairan Teluk Cenderawasih adalah angin monsun. Penggerak lainnya adalah angin lokal di daerah tersebut.
Arus permukaan di daerah utara Papua pun dipengaruhi oleh angin monsun. Pada saat monsun timur, terdapat arus ekuatorial selatan (SEC, South Equatorial Current) yang ke barat di sepanjang pesisir utara Papua. Sedangkan pada bulan Desember-Februari, SEC di utara Papua berubah menjadi NGC (New Guinea Current) yang begerak ke timur (WYRTKI, 1961). Namun, Teluk Cenderawasih merupakan teluk yang semi tertutup dengan adanya pulau-pulau di bagian utara, yang membatasi teluk bagian dalam dengan laut lepas Pasifik. Sehingga arus di Teluk Cenderawasih cenderung tenang. Arus NGC di utara Papua bercabang dan mengalir melalui perairan antara Pulau Biak dan Pulau Yapen, namun tidak sampai perairan Teluk Cenderawasih di bagian dalam. Sehingga di bagian dalam, arus yang terjadi hanyalah arus lokal yang lemah (Simarmata, 2018).
Simarmata (2018) menemukan bahwa pergerakan arus permukaan di Teluk Cenderawasih bervariasi musiman. Pada saat musim barat (DJF) angin mendorong arus ke arah timur, namun arus di dalam teluk memiliki pola siklonik membentuk pusaran searah jarum jam. Saat musim timur (JJA) angin mendorong arus ke arah barat dengan besaran kecepatan yang paling tinggi. Musim peralihan I (MAM) menunjukkan pola yang bertransisi dari ke timur menjadi ke barat. Musim peralihan II (SON) tidak menunjukkan pola transisi melainkan menunjukkan pola yang sama seperti musim timur.

Temperatur Perairan Teluk Cenderawasih

Teluk Cenderawasih merupakan perairan yang terletak di lintang rendah atau di daerah tropis. Posisinya yang berada di dekat ekuator ini mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun, sehingga temperatur permukaan laut (SST, sea surface temperature) di Teluk Cenderawasih secara umum cukup tinggi sepanjang tahun. SST di Teluk Cenderawasih berkisar dari 29.75°C hingga 32.45°C, yang persebaran spasialnya bervariasi pada masing-masing bulan (Simarmata, 2018). Rata-rata variasi tahunan SST di daerah ekuator perairan Indonesia berkisar antara 0-2°C (Wyrtki, 1961).
Persebaran spasial angin permukaan pada ketinggian 10 m (kiri) dan persebaran SST yang di-overlay dengan arus permukaan (kanan) di Teluk Cenderawasih dilihat pada Simarmata (2018). Dari gambar tersebut diketahui suhu permukaan laut bervariasi pada masing masing bulan, serta arus permukaan yang dipengaruhi oleh angin permukaan.
Temperatur air laut di permukaan cenderung hangat, semakin bertambah kedalaman, maka temperatur akan berkurang, air laut menjadi semakin dingin. Dalam oseanografi, dikenal istilah lapisan homogen dan lapisan diskontinuitas. Air pada permukaan laut hingga kedalaman tertentu bersifat homogen karena adanya pengaruh angin, pasang surut, dan arus laut (Wyrtki, 1961), kolom air itu disebut lapisan homogen. Di bawah lapisan homogen, terdapat lapisan diskontinuitas atau termoklin, di mana terjadi perubahan temperatur yang drastis. Di daerah sekitar SEC, lapisan diskontinuitas terletak di kedalaman paling dalam dibandingkan perairan lain di Indonesia (Wyrtki, 1961).

Salinitas Perairan Teluk Cenderawasih

Salinitas permukaan perairan Teluk Cenderawasih bagian tengah adalah sekitar 34.5 dan relatif stabil sepanjang tahun (Zenk et al, 2005). Nilai salinitas ini sedikit lebih tinggi daibandingkan dengan salinitas permukaan di perairan utara Papua, di mana terdapat SEC dan NGC. Sama seperti temperatur, nilai salinitas juga stabil pada lapisan homogen, dan berubah drastis pada lapisan diskontinuitas. Namun, berkebalikan dengan temperatur, semakin bertambah kedalaman laut, nilai salinitas semakin bertambah. Nilai salinitas di permukaan lebih rendah karena terpengaruh oleh adanya hujan dan run-off sungai. Di Teluk Cenderawasih terdapat beberapa muara anak sungai. Di barat Teluk Cenderawasih rata-rata anak sungai lebih lebari dibandingkan di timur Teluk Cenderawasih.
Note : Terima kasih kepada Kak Thomas Simarmata, karya ilmiah berjudul Pola dan Variabilitas Arus Serta Korelasi Silangnya Terhadap Angin di Teluk Cendrawasih telah memberi saya banyak informasi mengenai keadaan fisis Teluk Cenderawasih. Sebagian hasil saya kutip dengan sitasi terlampir.

Ref

Data Batimetri GEBCO 30 degrees. Diakses dari https://download.gebco.net/ 24/4/2020.
Mastrigt, Henk van. 2010. Mysore and Other Names of Islands in the Cenderawasih Bay, Papua, Indonesia, Suara Serangga Papua, 2010, 4 (3) Januari - Maret 2010.
Ray, dkk. 2005. A Brief Overview of Tides in the Indonesian Seas, Journal of The Oceanography Society : Oceanography, Volume 18, Number 4. The Oceanography Society, Rockville, USA.
Simarmata, Thomas A.P. 2018. Pola dan Variabilitas Arus Serta Korelasi Silangnya Terhadap Angin di Teluk Cendrawasih. Institut Pertanian Bogor.
Wyrtki, Klaus. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters, Naga Report Vol 2. University of California San Diego.
Zenk, dkk. 2005. Pathways and Variability of the Antarctic Intermediate Water in the Western Equatorial Pacific Ocean, Progress in Oceanography 67 (2005) 245–281.

Comments

Popular posts from this blog

Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia

5 Alasan Kenapa Harus Liburan ke Kepulauan Seribu

Wilayah Pengelolaan Perikanan NRI